Pembaca yang budiman
Jika kita amati perkembangan dan
perjalanan prilaku kehidupan masyarakat kita memang kelihatannya
semakin memprihatinkan, ini semua bisa kita saksikan dari berbagai media
pemberitaan seperti koran dan televisi, dimana sikap moral dan prilaku
yang ditampilkan tidak lagi sesuai dengan standar ajaran yang telah
digariskan oleh agama, adat istiadat dan budaya, seperti korupsi
misalnya, dengan pelakunya yang tidak sedikitpun merasa malu meskipun
telah diketahui melakukan korupsi bahkan telah menjadi terpidana namun
mereka masih saja bisa dengan santai tertawa saat diwawancarai oleh
media dan bahkan merasa tidak bersalah untuk ikut mencalonkan diri
menduduki sebuah jabatan dalam pemerintahan atau organisasi
kemasyarakatan seperti kasus pemilihan calon ketua umum organisasi sepak
bola terbesar di Indonesia atau PSSI yang tengah hangat diberitakan
saat ini, ada lagi prilaku yang suka menyepelekan kewajiban-kewajiban
yang dibebankan kepadanya terutama
kewajiban agama yang dianutnya, misalnya bagi yang muslim adalah dengan gampang melalaikan shalat meskipun panggilan azan sudah bergema dimana-mana, namun mereka sebagian besar tetap tidak peduli, tetap saja menjalankan aktifitas tanpa sedikitpun tersentuh hatinya untuk segera melaksanakan perintah Tuhannya, jika perintah dan aturan Tuhan saja dilanggar apalagi aturan yang dibuat oleh manusia.
kewajiban agama yang dianutnya, misalnya bagi yang muslim adalah dengan gampang melalaikan shalat meskipun panggilan azan sudah bergema dimana-mana, namun mereka sebagian besar tetap tidak peduli, tetap saja menjalankan aktifitas tanpa sedikitpun tersentuh hatinya untuk segera melaksanakan perintah Tuhannya, jika perintah dan aturan Tuhan saja dilanggar apalagi aturan yang dibuat oleh manusia.
Dari contoh-contoh kejadian diatas
memang tidak salah lagi bahwa bangsa kita tengah dilanda krisis
multidimensi yang parah, yang butuh komitmen kuat untuk memperbaikinya
mulai dari pemerintah sampai kelapisan masyarakat terbawah, tapi
celakanya bangsa kita juga mengalami krisis yang saya sebut dengan
krisis komitmen, kalau saya amati pemicu dari segala penyimpangan dan
krisis moral yang terjadi adalah akumulasi dari krisis komitmen ini,
bagaimana kita telah melalaikan komitmen kita sebelum terlahir kedunia
dialam rahim, dimana sebenarnya kita telah berjanji dengan Tuhan bahwa
kita akan ber-Tuhankan Allah SWT saja dan akan patuh dan mengabdi hanya
kepada-Nya seperti tercantum dalam firman Allah SWT berikut ini :
وإذ أخذ ربك من بني آدم من ظهورهم ذريتهم وأشهدهم على أنفسهم ألست بربكم
قالوا بلى شهدنا أن تقولوا يوم القيامة إنا كنا عن هذا غافلين
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu
mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah
Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami
menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat
kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
(QS.Al-A�raaf-172)
Dalam bentuk sederhana sering kita
saksikan bagaimana kita dengan gampangnya melalaikan komitmen, contoh
ada sekelompok pemuda ingin mengaktifkan olahraga dikampung mereka lalu
mereka bersepakat untuk membuat lapangan bulutangkis misalnya,
diawal-awal mereka begitu bersemangat, baik untuk turut serta
berolahraga atau ikut dalam pengumpulan dana untuk penyokong kegiatan
yang mereka adakan, setelah berlangsung beberapa bulan mulai timbul
keluh kesah karena ada sedikit masalah atau perbedaan pendapat dan
akhirnya meninggalkan sama sekali kegiatan bukan ini namanya mengingkari
kotmitmen yang telah dibuat sebelumnya, barangkali dari sini timbul
peribahasa angek-angek cirik ayam
( bahasa minangkabau ) yang artinya panas-panas tahi ayam yang
bermakna kurang lebih suatu hal yang dilakukan dengan semangat di awal
saja namun makin keujung makin hilang semangat dan akhirnya
meninggalkan sama sekali.
Krisis komitmen inipun sering terjadi
dalam kerjasama usaha atau bisnis, dalam kepengurusan suatu
organisasi, bahkan dalam hal sepele misalnya mengembalikan perkakas yang
kita pakai atau kita pinjam ketempat semula dimana perkakas itu kita
ambil, begitu juga dengan aparat penegak hukum, anggota DPR, aparat
pemerintah, bahkan ada negara yang bekomitmen dalam penegakan hukum dan
hak asasi manusia justru sering melanggar hak asasi itu sendiri apalagi
jika ada hal yang merugikan mereka jika mereka masih tetap mematuhi
komitmen yang mereka buat, mengenai contoh detailnya tidak usahlah kita
bahas disini.
Tapi yang mengherankan saya adalah
jika ada seseorang yang teguh memegang komitmen yang dia buat, malah
dianggap aneh bahkan dijauhi dan yang lebih menakutkan dianggap
radikal, garis keras bahkan dituduh teroris yang boleh ditembak dan
dibunuh sesuka hati, contoh paling sederhana umpama ada rekan kita yang
meminjam peralatan kita kemudian tidak dikembalikan kepada kita atau
jikapun dikembalikan ditaruh disembarang tempat, ketika kita tegur
mereka langsung protes dan menyatakan ketidak senangan mereka dengan
mengatakan kita terlalu kaku dan lain sebagainya, namun jika ada yang
berbuat demikian pada mereka, langsung saja dimaki-maki, apakah ini
bukan krisis komitmen namanya..???
Jika hal ini semua tidak dibenahi
terlebih dahulu jangan harap bangsa ini akan mencapai kemajuan, memang
tidak semua, namun jika kita lihat sekarang orang-orang yang teguh
memegang komitmen memang sangat sulit ditemukan, karena jikapun ada
mereka kelihatan seperti orang aneh dan asing dalam pandangan orang
kebanyakan.
Tulisan ini saya buat berdasarkan
pengalaman dan pendapat pribadi, jika ada yang tersinggung saya mohon
maaf yang sebesar-besarnya, karena tidak sedikitpun maksud dari saya
untuk menyinggung apalagi melecehkan seseorang. Saya rasa cukup sekian
dulu celoteh saya kali ini. Semoga ada manfaat yang bisa di petik
Komentar
Posting Komentar