Ayahku...beliau adalah seorang pensiunan guru Sekolah Dasar, sekarang usia beliau menjelang 80th tapi masih terlihat kuat dan sehat. Alhamdulillah, beliau mengabdi puluhan tahun disebuah desa terpencil nun di pelosok negeri yang berada di Kabupaten Agam Sumatera Barat, biasa aja sih..karena banyak sekali guru-guru lain yang melakukan dan menjalani hidup yang sama seperti beliau, tapi ada yang membuat saya bangga..terlepas dari unsur subjektif..terlepas dari bahwa saya adalah anak beliau, salah satunya adalah soal keteguhan prinsip hidup beliau untuk
selalu berada di jalur yang benar dan lurus walaupun diterpa kehidupan yang sangat sulit apalagi beliau harus membesarkan kami sepuluh orang bersaudara dengan hanya mengandalkan gaji sebagai guru ditambah sepetak sawah peninggalan orang tua beliau, pernah suatu kali beliau bercerita dimana pertama kali pengaruh komunis mulai merasuki politik Indonesia hingga sampai menjangkau kampung-kampung terpencil, dimana saat itu ada sukarelawan yang menawarkan kepada masyarakat untuk
bergabung dengan cara mengajukan form pendaftaran yang tinggal ditanda tangani saja, bagi siapa yang mau menandatangani akan diberi paket alat-alat pertanian dan pupuk, maka banyak penduduk negeri yang terpengaruh karena kebanyakan dari mereka adalah buruh tani yang tidak tahu tulis baca. Disinilah ayah yang waktu itu boleh dibilang salah satu dari belasan warga yang sempat mengenyam pendidikan setingkat SLTA berperan untuk menyadarkan warga masyarakat setempat, hal ini diketahui dan memancing kemurkaan para petinggi partai komunis waktu itu, beliau dibujuk dan dijanjikan kedudukan dan harta, dengan tegas beliau menolak sampai akhirnya diancam mau dibunuh, petinggi partai komunis memutuskan untuk mengeksekusi ayah dengan cara disembelih, namun takdir berkata lain, kebetulah ayah mempunyai saudara sepupu yang hampir mirip dengan beliau dan malam naas itu para algojo kejam tersebut melaksanakan niatnya namun salah alamat karena yang mereka sembelih adalah saudara ayah.
Ada lagi kisah keteguhan hati beliau, saat itu beliau diberi kesempatan untuk mengikuti tes untuk kenaikan pangkat dan jabatan, dan beliau mengetahui hasilnya dari salah seorang panitia bahwa beliau berhasil menjalani tes dengan hasil sempurna, beberapa hari sebelum hasil tes ini diumumkan secara resmi beliau didatangi salah seorang dari pejabat yang berwenang kala itu dan mengatakan bahwa beliau bisa mendudukan jabatan tersebut apabila menyetorkan sejumlah uang, beliau terkejut sampai melayangkan surat protes keras, kepada atasannya dan pihak-pihak terkait lainnya, namun tidak pernah digubris..ayah mengalah, akhirnya jabatan itu jatuh kepada salah seorang rekannya yang anak orang kaya ( kita sudah bisa memaklumi apa yang terjadi).
Sewaktu saya kecil seringkali melihat beliau meneteskan air mata tatkala menghitung uang gaji beliau yang tidak seberapa, uang rencehan pecahan 5 rupiah dibungkus plastik, beliau sedih tidak bisa memenuhi keinginan kami anak-anaknya, sebab uang beliau akan segera ludes untuk melunasi hutang-hutang keluarga diwarung dan tetangga, tapi inilah yang menjadi pelajaran sangat berharga bagi saya, dimana beliau pernah berkata, sesulit apapun keadaan keuangan, hutang yang jatuh tempo harus tetap dibayar pada kesempatan pertama mendapatkan uang, begitulah ayah.. seketika beliau mendapatkan uang yang paling pertama beliau ingat adalah hutang mana yang harus segera dibayar, beda sekali dengan kebanyakan kita yang suka menunda-nunda hutang.
Ayah sejauh yang saya tahu adalah orang yang sangat jujur dan berhati-hati, pernah waktu itu sehabis penyelengaraan pemilu sekitar tahun '80an, dimana beliau salah satu dari anggota panitia pemilu, kayak KPU zaman sekarang lah kira-kira.. setealah penyelengaraan selesai, para anggota panitia sibuk membagi-bagi sisa dana anggaran dan pernak pernik properti kegiatan pemilu seperti baju, pulpen, kotak suara dll. Ayah tidak tertarik dan beliau menolak ketika ditawari sejumlah uang, karena beliau merasa bahwa itu bukan hak beliau, setelah beberapa bulan selesai penyelenggaraan, dikantor panitia tersisa satu kotak suara, dan ternyata memang hanya itu yang diperuntukkan buat beliau secara sah menurut peraturan waktu itu, tahukah anda bahwa sampai sekarang kotak suara itu masih utuh dan dijadikan sebagai tempat penyimpan beras oleh ibu saya.
Demikian sekelumit kisah kehidupan ayah saya yang menurut saya patut dijadikan contoh dan teladan, oh..iya saat ini kehidupan beliau sangat bahagia dari segi bathin, sehat wal afiat, masih sanggup membelah kayu bakar setiap pagi, namun berkekurangan secara ekonomi, kami anak-anak beliau juga hidup dalam kesederhanaan, belum ada yang memiliki harta yang banyak sehingga belum sanggup membahagiakn mereka secara duniawi..memang menjadi suatu pembenaran bagi pikiran bodoh saya bahwa orang yang jujur di zaman edan ini akan hidup melarat dimata manusia, dan hal ini hampir mendekati kebenaran..Allahu a'lambissawab. Entah kebetulan atau memang begitu harusnya bahwa teman beliau yang dulunya merampas hak beliau dengan mengandalkan uang sekarang tergolek lemah tidak bisa bergerak karena terserang stroke berat..
Semoga Tuhan selalu bersamamu Ayah..Aamiin
Kendaraan anda ada masalah klik di sini
Amiin...
BalasHapus