Langsung ke konten utama

Tikam Samurai (23)



Nah, itulah kini fungsi tubuh si Bungsu. Kopral itu beberapa kali melambung yang diakhiri dengan mendaratnya tendangannya di perut dan didada si Bungsu. Letnan itu mepergunakan buku tangannya untuk menghajar wajah anak muda tersebut. Si Bungsu berusaha untuk tak memekik. Kendati terpaksa mengeluh beberapa kali saking amat sakitnya. Kemudian muntah. Isi perutnya keluar bersama darah kental. Tubuhnya kemudian diguyur dengan air. Ketika sadar, dia lihat Letnan itu sudah memegang samurai.
“He .. he kau kabarnya mahir dengan samurai. Kini kau lihat pula permainan samuraiku”.
Sehabis ucapannya, samurai itu berkelebat cepat. Si Bungsu menggigit bibir agar tak memekik kesakitan. Pakaiannya segera saja cabik-cabik disambar ujung samurai si letnan. Dan bersamaan dengan itu, dadanya. Wajahnya, perutnya robek-robek. Darah mengalir dengan deras dari bekas lukanya.
“Siram..!” perintah si Letnan.
Kopral yang sama-sama sadisnya dengan si letnan itu mengambil air bekas pengacau semen. Kemudian menyiramkannya pada tubuh si Bungsu yang penuh luka itu. Ya, Tuhan, benar-benar Tuhan saja yang mengetahui betapa menderitanya anak muda tersebut.
Bayangkan, tubuh yang penuh luka di siram dengan air pengacau semen Pedih dan sakit sekali. Sakitnya mencucuk-cucuk ke hulujantung yang paling dalam. Menyelusup ke seluruh pembuluh darah. Ke seluruh sumsum.
Namun siksaan itu berlanjut terus, menyebabkan si Bungsu harus menggigit bibir sampai berdarah. Dia tak ingin menjerit. Tak ingin. Ada dua hal yang dia jaga. Pertama dia tak mau Kari Basa sampai terbangun dari pingsannya mendengar jeritannya. Dia ingin memberi istirahat pada orang tua yang dia hormati itu.
Dan sebab kedua kenapa dia tak mau menjerit adalah karena malu pada Kari Basa. Kalau orang tua itu sendiri tak menyerah, kenapa dia harus menunjukkan kelemahannya dengan menjerit? Meskipun dengan siksa yang dia terima sebenarnya dia ingin menjerit setinggi langit, namun dia paksa untuk menahannya. Padahal setiap orang tahu, jika kesakitan, maka tangis pekik merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi sakit dan derita yang ditanggung.
Rasa sakit dan derita itu berkurang bukan dari segi fisiknya. Melainkan dari segi psikologisnya. Rasa sakit tetap sama. Menjerit atau tak menjerit. Tetapi secara ilmu kejiwaan, menjerit atau menangis bagi seorang penderita merupakan penyaluran. Dan sebuah penyaluran merupakan pengurangan bagi penderitaan. Itu teorinya. Tetapi si Bungsu tak mau memakai teori ini. Baginya lebih baik dan lebih terhormat untuk tetap diam. Meskipun bibirnya berdarah dia gigit dalam usahanya menahan sakit yang tak tertanggungkan itu.
Selesai upacara penyayatan dengan samurai itu, maka letnan tersebut istirahat sejenak. Namun itu bukan berarti istirahat pula bagi penderitaan si Bungsu. Sebab begitu si Letnan duduk. si prajurit tegak. Dengan tang di tangan, dia maju melangkah mendekati si Bungsu.
“Katakan siapa-siapa yang ikut dalam gerakkan kalian Siapa pula diantara Gyugun yang terlibat . .?” Ujar si Letnan dari tempat duduknya.
Si Bungsu tetap diam. Dia tengah membayangkan kesakitan yang akan dia derita. Dia tahu, tang ditangan prajurit sadis itu akan dipakai untuk mencabut kuku-kukunya seperti yang telah dilakukan pada Kari Basa. Karena dia diam, Letnan itu memberi isyarat.
Si Prajurit meraih sebuah tong. Meletakkan disisi kiri si Bungsu.
Kemudian dia naik ke atas. Sebelum si Bungsu sadar apa yang akan terjadi Jepang itu menjepit telunjuk si Bungsu dengan tangnya. Letnan itu mengangguk. Dan si Bungsu kali ini tak bisa menahan pekik kesakitannya. Tak bisa! Betapa dia akan mampu menahan rasa sakit, kalau tulang telunjuknya itu dipatahkan dengan jepitan tang?
“ Mengakulah . .!”
si Bungsu hanya mengerang kecil. Dan kali ini jari tengahnya dapat giliran dipatahkan. Dan kembali dia memekik.
“Mengakulah . .!”
Si Bungsu hanya mengeluh dan mengerang. Air matanya membasahi pipinya. Dan jari manisnya mendapat giliran. Dia kembali memekik. Pada pekik yang ketiga ini. Kari Basa mengangkat kepala. Dan dia melihat betapa tubuh anak muda itu berlumur darah. Pakaian dan sebahagian dagingnya robek-robek. Persis kerbau yang selesai dikerjakan di rumah jagal.
“Mengakulah..!”
Si Bungsu tetap bungkam. Dan kembali kelingkingnya dipatahkan. si Bungsu memekik. Namun dia tetap diam, tak mau membuka rahasia.
“Tahan . .” tiba-tiba ada suara. Dan yang bersuara tak lain daripada Kari Basa. Letnan itu menoleh padanya.
“Kau mau mengaku?”
“Baik saya mengaku, tapi lepaskan anak muda itu. Dia tak bersalah . . .”
“Ooo. Kau kenal padanya ya … ?”
“Justru karena saya tak kenallah makanya dia harus dibebaskan. Dia tak ada sangkut pautnya dengan perjuangan kami. Kami tak mengenalnya.” Si Bungsu menatap Kari Basa. Apakah ini semacam penyingkirannya dari kalangan pejuang-pejuang ini? Apakah Kari Basa berkata begitu karena si Bungsu juga pernah berkata begitu ketika rapat di Birugo dahulu? 
Bersambung ke .................Tikam Samurai (24)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH PENDIRIAN BENGKEL AA CEMPAKA AUTO SERVICE

Sejarah Singkat pendirian Usaha perbengkelan AA CEMPAKA Auto Service yang berlokasi dijalan By Pass KM 9 Simpang Taruko 1 Kalumbuk Padang   merupakan suatu perusahaan jasa yang bergerak dibidang perbengkelan dan penjualan yaitu memperbaiki kendaraan penumpang roda empat dan juga menjual spare part, pelumas (Engine Oil) maupun peralatan lainnya. Bengkel AA CEMPAKA Auto Service didirikan pada tanggal 01 Juni 2015, oleh ASRUL ARMISKA beliau adalah mantan karyawan disebuah perusahaan otomotif terbesar yang merupakan pemegang merek kendaraan terkenal di Indonesia dan bekerja sama dengan beberapa pihak pemodal perorangan. Bengkel ini pada awalnya didirikan hanya untuk melayani service ringan dengan menyewa tempat berupa kios sederhana dan hingga kini sudah beberapa kali mengalami perpindahan lokasi usaha, seiring dengan jumlah pelanggan yang terus bertambah dimana beberapa bulan kemudian melihat banyaknya pelanggan yang meminta perbaikan-perbaikan pada kendaraan milik m

Mesin Avanza tidak bisa hidup sehabis bongkar Mesin

Ilmu itu sayang jika hanya disimpan maka pada kesempatan ini saya akan berbagi tentang kasus Mesin avanza dan yang sejenis tidak bisa hidup setelah bongkar mesin atau setelah ganti rantai timing (timing chain)..Dan disini saya tidak bermaksud menggurui atau merasa lebih pintar dari agan-agan sekalian hanya berharap semoga ada yang bisa mengambil manfaat terutama bagi mekanik-mekanik pemula. Kasus ini sudah beberapa kali saya dapatkan setelah beberapa rekan-rekan mekanik meminta pertolongan untuk mencari titik permasalahan kenapa mesin tidak bisa hidup. Seperti biasa sebelum kita melangkah ke step yang lebih jauh, sebaiknya kita harus mengembalikan pola analisa kita kedasar, dimana kita harus memulai dari langkah-langkah yang paling sederhana yaitu bahwa mesin akan bekerja apabila terpenuhinya tiga syarat utama berikut ini : Kompresi yang tinggi (sesuai standar) Loncatan bunga api Busi yang kuat (Mesin Bensin) Perbandingan campuran Udara dan bahan bakar yang tepat Dalam mas

Tikam Samurai (53)

Kedua lelaki anggota Jakuza itu menoleh. Si Bungsu tegak dengan mulut terpaut rapat. Matanya bersinar seperti api yang siap membakar. “Siapa kau!” desis lelaki yang memegang samurai itu. Si Bungsu menyapu ruangan itu dengan pandangan mata. Dan sekilas dia dapat menerka apa yang terjadi. Teman anggota Jakuza yang pernah dia bunuh ketika menolong Hannako di terowongan daerah Yotsui dulu, kini datang lagi mencari Hannako. Dan dari pintu kamar Kenji yang terbuka, dia melihat kaki sebatas paha Hannako terkulai ke bawah tempat tidur. “Siapa kau!” Jepang bersamurai pendek dan bertubuh besar itu menggeram takkala melihat orang asing yang baru masuk itu tak mengindahkan pertanyaan pertamanya. “Saya malaikat maut…..” desis si Bungsu sambil maju perlahan. Di tangan kirinya samurainya terpegang kukuh. Sementara tangan kanannya tergantung lemah. Anggota Jakuza itu ingin segera menyudahi pekerjaannya. Dia maju menyongsong si Bungsu. “Bungsu-san…..larilah. selamatkan dirimu. Mere