Langsung ke konten utama

Tikam Samurai (24)

Ketika pertanyaan begitu berkecamuk dalam fikiran si Bungsu, Kari Basa sekilas menatap padanya. Dan dari cahaya mata lelaki tua itu, dia dapat menangkap. Bahwa Kari Basa hanya membuat siasat.
Namun kelegaan hatinya segera lenyap ketika letnan itu berkata :
“He..he tak ada sangkut paut kalian? Kalian saling tak mengenal? He. .he Bukankah kalian sama-sama hadir ketika rapat di Birugo dahulu? Bukankah kau punya hubungan dengan Datuk Penghulu? Nah, dari situ dapat ditarik kesimpulan bahwa kalian punya hubungan. Jangan kami pula hendak kalian bohongi.” Dan kali ini penyiksaan dilakukan berbarengan.
Si prajurit mengerjakan tubuh si Bungsu, si sersan mengerjakan Kari Basa. Kedua serdadu sadis ini lihai dalam pekerjaannya. Meskipun korbannya sudah remuk redam, sudah cabik-cabik tapi mereka jaga agar si korban tak segera mati.
Mereka amat ahli dalam hal ini. Bagaimana menyiksa tawanan sampai separoh mampus, bahkan terkadang sampai tiga perempat mampus, tapi tetap saja tak sampai mampus. Dan itulah penderitaan yang ditanggung oleh kedua orang itu.
Si Bungsu sudah hampir mampus ketika dia dengar suara letusan.
Letusan sekali. Dua kali. Tiga kali!
Dia merasa dirinya amat luluh. Dirinyakah yang kena tembak? Kari Basa kah? Dia tak merasakan sakit karena seluruh tubuhnya adalah sakit itu sendiri. Dia tak merasa menderita karena tembakan itu karena dirinya adalah puncak dari penderitaan itu sendiri.
Dan diapun terkulai. Sampai disini ajalku…..bisiknya. Dan dia juga yakin, bahwa bersama ajalnya, orang tua yang bernama Kari Basa itupun tamat pulalah riwayat hidupnya.
Namun tak demikian terjadi.
Teman-teman Datuk Penghulu dan Kari Basa mengetahui penangkapan terhadap kedua orang itu. Perintah langsung dari Engku Syafei menyuruh membebaskan mereka. Sebuah “pasukan khusus” yang beruniform beranggotakan sebelas orang segera diberangkatkan. Mereka mempergunakan beberapa bedil dan pistol yang selama ini secara dia,-diam dicuri atau dibeli dengan sangat rahasia. Bahkan ada beberapa bedil peninggalan Belanda.
Tugas untuk mengetahui dimana kedua orang ini ditahan dierahkan pada Tai-I (Kapten) Dakhlan Djambek. Namun untuk menemui Kapten ini bukan main sulitnya. Jepang memang telah mencium adanya gerakan pribumi yang akan menentang penjajahan.
Karena itu setiap Anggota Gyugun, mulai dari prajurit sampai para perwira diawasi dengan ketat. Hanya dengan sangat susah payahlah Tai-I Dakhlan Djambek bisa berhubungan dengan teman-temannya. Namun setelah dua hari berusaha, Dakhlan Djambek masih belum berhasil mengetahui dimana kedua orang itu ditawan.
Para pimpinan tentara Jepang nampaknya memang telah waspada sejak semula pertama menjejakkan kakinya di Indonesia. Mereka sudah menduga bahwa lambat laun perlawanan dari penduduk-penduduk setempat kepada para penjajah pastilah akan timbul.
Karena itu para Gyugun yang berasal dari pemuda-pemudi Indonesia tak pernah ditugaskan di proyek-proyek militer yang vital. Dan di Bukittinggi mereka tak pernah ditugaskan di bawah kota yang sedang digali itu.
Yang bertugas mengawasi pekerjaan atau mengawasi pemasukan amunisi hanyalah balatentara Jepang asli. Karena itu Dakhlan Djambek dan kawan-kawannya para Gyugun yang lain tak pernah mengetahui secara mendetail tentang situasi terowongan itu.
Dia berusaha keras untuk mengetahui ruangan-ruangannya, tapi akhirnya dia menyerah. Tak mungkin untuk mengetahui secara terperinci, apalagi dengan pengawasan yang ketat dari Kempetai terhadap Gyugun. Pada hari kedua, yaitu pada batas waktu yang diberikan, Kapten ini memberikan laporan akhir tentang penyelidikannya.
Isi laporan itu:
“Tak mungkin untuk menyelediki terowongan itu dengan cara intelijen. Tapi saya yakin, kedua mereka ditawan dalam salah satu kamar di dalam terowongan tersebut. Sebab beberapa tawanan sekutu juga dibawa kesana. Untuk mengetahui dimana mereka ditahan, satu-satunya jalan adalah menangkap dan memaksa salah seorang Kempetai yang pernah membawa tawanan kesana. Saya akan mengatur jebakan. Sediakan orang yang akan menanyainya.” Dan surat yang disampaikan melalui kurir beranting itu akhirnya dilaksanakan. Seorang sersan Kempetai dengan cara yang sangat halus berhasil dijebak di Kampung Cina ketika sedang minum-minum sake dan memeluk seorang perempuan.
Perempuan itu dia bawa ke hotel. Di tangga hotel yang teram-temaram keduanya dipukul hingga pingsan. Si perempuan yang berkulit hitam manis dibiarkan tergolek di sana. Si sersan dibawa dengan sebuah truk ke sebuah tempat.
Dari mulut sersan inilah diketahui detail kamar tawanan tersebut. Semula si sersan tak mau mengaku, tapi ketika sebuah jari tangannya dipatahkan meniru kekejaman Kempetai, sersan itu menyerah. Lalu membuka rahasia kamar tawanan itu.
Dan ketika pengakuannya selesai, dia terkejut takkala melihat seorang perwira Gyugun masuk rumah itu. Dia segera tegak dan memberi hormat dengan sikap sempurna. Dia jadi gembira, karena denga kehadiran perwiranya itu berarti kebebasan baginya dari tangkapan ekstrimis ini.
Namun dia segara terkejut takkala melihat perwira itu menatapnya. Orang yang mematahkan jarinya itu mengambil sebilah samurai. Memberikan kepada sersan itu. Sersan itu terheran-heran. Rasa herannya berobah jadi rasa terkejut ketika perwira Gyugun itu berkata dengan nada memerintah:
“Harakiri….!”
Sersan Kempetai itu melongo.
“Harakiri..!!” lagi-lagi perintah perwira itu bergema. Dan kini sama-sama jadi jelas soalnya oleh si sersan. Dia diperintahkan harakiri (bunuh diri) pastilah salah satu sari dua sebab. Pertama karena dia telah membocorkan rahasia militer. Kedua karena perwiranya ini berada dipihak orang yang menangkap dan mematahkan jari tangannya. Dan dia menduga , bahwa sebab kedualah yang paling besar kemungkinannya.
“Tai-i……..?” katanya lagi.
“Saya orang Indonesia. Jepang sudah terlalu banyak membunuh bangsa saya. Kini kau harakiri atau gunakan samurai itu untuk melawan…membebaskan diri….,” Perintah Tai-I yang tak lain daripada Dakhlan Djambek itu membuat tubuh si sersan menggigil.
Dia sudah tentu  memilih yang kedua. Yaitu mempergunakan samurai itu untuk melawan. Sebab baginya tak ada harapan untuk hidup. Demikian putusan Dakhlan Djambek. Kalau Jepang ini tak dibunuh, maka rahasia penangkapannya akan bocor. Dan kebocoran itu membahayakan perjuangan.
Sersan itu menebaskan samurainya. Orang pertama yang dia serang dengan samurainya adalah orang yang paling dekat dengannya. Orang itu adalah Tai-I Dakhlan Djambek. Tebasan samurainya amat cepat mengarah pada leher Kapten itu.
Namun Dakhlan Djambek adalah seorang perwira yang dididik dengan kekerasan disiplin militer Jepang. Karena dia perwira, maka kepadanya juga diajarkan cara menggunakan samurai. Dan kemana-mana, perwira Jepang umumnya membawa samurai. Demikian juga dengan Kapten ini.
Begitu sabetan samurai si sersan terayun, sesuai dengan latihan dasar yang diterima, dia mundur dengan cepat dua langkah ke belakang. Kemudian ketika serangan berikutnya datang, dia menggeser tegak dua langkah. Dan si sersan lewat disampingnya.
Dengan cepat sersan itu memutar tegak dan kembali mengayunkan samurainya. Namun saat itu pula samurai di pinggang Tai-I Dakhlan Djambek keluar dari sarungnya. Putaran tubuh si sersan di silang oleh tebasan samurai Dakhlan Djambek. Bahu kanan sersan itu hampir putus. Sabetan kedua membuat kepalanya hampir putus. Dia jatuh. Tapi kematian datang sebelum tubuhnya mencapai lantai rumah. Perlahan-lahan Kapten itu memasukkan samurainya kesarangnya setelah melapnya ke baju sersan yang rubuh itu
“Kuburkan dia malam ini. Dan malam ini juga kedua kawan-kawan itu harus dibebaskan. Mulai hari ini kontak antara teman-teman dengan kami para Gyugun harus diputuskan buat sementara waktu. Situasi tambah panas. Kabarnya di Jakarta telah terjadi sesuatu. Saya yakin saatnya untuk kemerdekaan sudah dekat. Karena itu, tunggu perkembangan selanjutnya. Salam saya untuk para pimpinan yang lain. Juga buat kedua teman-teman yang ditawan itu….” Dan kapten ini lenyap ke dalam gelapnya malam.
Bersambung ke..... Tikam Samurai (25)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH PENDIRIAN BENGKEL AA CEMPAKA AUTO SERVICE

Sejarah Singkat pendirian Usaha perbengkelan AA CEMPAKA Auto Service yang berlokasi dijalan By Pass KM 9 Simpang Taruko 1 Kalumbuk Padang   merupakan suatu perusahaan jasa yang bergerak dibidang perbengkelan dan penjualan yaitu memperbaiki kendaraan penumpang roda empat dan juga menjual spare part, pelumas (Engine Oil) maupun peralatan lainnya. Bengkel AA CEMPAKA Auto Service didirikan pada tanggal 01 Juni 2015, oleh ASRUL ARMISKA beliau adalah mantan karyawan disebuah perusahaan otomotif terbesar yang merupakan pemegang merek kendaraan terkenal di Indonesia dan bekerja sama dengan beberapa pihak pemodal perorangan. Bengkel ini pada awalnya didirikan hanya untuk melayani service ringan dengan menyewa tempat berupa kios sederhana dan hingga kini sudah beberapa kali mengalami perpindahan lokasi usaha, seiring dengan jumlah pelanggan yang terus bertambah dimana beberapa bulan kemudian melihat banyaknya pelanggan yang meminta perbaikan-perbaikan pada kendaraan milik m

Mesin Avanza tidak bisa hidup sehabis bongkar Mesin

Ilmu itu sayang jika hanya disimpan maka pada kesempatan ini saya akan berbagi tentang kasus Mesin avanza dan yang sejenis tidak bisa hidup setelah bongkar mesin atau setelah ganti rantai timing (timing chain)..Dan disini saya tidak bermaksud menggurui atau merasa lebih pintar dari agan-agan sekalian hanya berharap semoga ada yang bisa mengambil manfaat terutama bagi mekanik-mekanik pemula. Kasus ini sudah beberapa kali saya dapatkan setelah beberapa rekan-rekan mekanik meminta pertolongan untuk mencari titik permasalahan kenapa mesin tidak bisa hidup. Seperti biasa sebelum kita melangkah ke step yang lebih jauh, sebaiknya kita harus mengembalikan pola analisa kita kedasar, dimana kita harus memulai dari langkah-langkah yang paling sederhana yaitu bahwa mesin akan bekerja apabila terpenuhinya tiga syarat utama berikut ini : Kompresi yang tinggi (sesuai standar) Loncatan bunga api Busi yang kuat (Mesin Bensin) Perbandingan campuran Udara dan bahan bakar yang tepat Dalam mas

Tikam Samurai (53)

Kedua lelaki anggota Jakuza itu menoleh. Si Bungsu tegak dengan mulut terpaut rapat. Matanya bersinar seperti api yang siap membakar. “Siapa kau!” desis lelaki yang memegang samurai itu. Si Bungsu menyapu ruangan itu dengan pandangan mata. Dan sekilas dia dapat menerka apa yang terjadi. Teman anggota Jakuza yang pernah dia bunuh ketika menolong Hannako di terowongan daerah Yotsui dulu, kini datang lagi mencari Hannako. Dan dari pintu kamar Kenji yang terbuka, dia melihat kaki sebatas paha Hannako terkulai ke bawah tempat tidur. “Siapa kau!” Jepang bersamurai pendek dan bertubuh besar itu menggeram takkala melihat orang asing yang baru masuk itu tak mengindahkan pertanyaan pertamanya. “Saya malaikat maut…..” desis si Bungsu sambil maju perlahan. Di tangan kirinya samurainya terpegang kukuh. Sementara tangan kanannya tergantung lemah. Anggota Jakuza itu ingin segera menyudahi pekerjaannya. Dia maju menyongsong si Bungsu. “Bungsu-san…..larilah. selamatkan dirimu. Mere