Langsung ke konten utama

Tikam Samurai (26)

Tiga orang Gyugun yang tadi dia perintahkan untuk patroli menantinya di pintu. Dan mereka masuk. Kisah bagaimana si sersan mati, sudah diuraikan terdahulu. Dakhlan Djambek memberi kesempatan kepada sersan itu untuk membela diri. Sebenarnya dia bisa saja membunuih sersan itu tanpa perlawanan. Tapi sebagai seorang pejuang, seperti umumnya pejuang-pejuang Indonesia, dia tak mau membunuh lawan yang tak berdaya. Apalagi dia seorang perwira.
Makanya dia memberi kesempatan kepada sersan itu untuk membela diri. Sebenarnya bisa saja keadaan berbalik jadi berbahaya. Yaitu kalau si sersan justru yang menang dalam perkelahian itu. Mungkin si sersan bisa juga dibunuh oleh pejuang-pejuang yang ada dalam ruangan itu. Namun kalau sudah jatuh korban, apalagi korban itu seorang Dakhlan Djambek, perwira Gyugun yang diandalkan untuk memimpin anggotanya kelak dalam revolusi, bukankah akan sia-sia jadinya?
Namun Dakhlan Djambek tetap pada sikap satrianya. Disamping juga dia punya keyakinan pada dirinya, dan terutama pada Tuhannya. Setelah sersan itu mati, jejak perkelahian di ruangan belakang rumah itu dilenyapkan. Dan Dakhlan Djambek kembali melompati jendela kakus. Kemudian pura-pura batuk dalam kakus. Pura-pura menyiramkan air. Lalu keluar dari kakus setelah yakin jejaknya tak ada di dinding. Dengan pura-pura melekatkan celana dan merapikan baju, dia membuka pintu.
Masuk kembali keruangan dimana si Mayor tengah mendengarkan siaran radio yang dipancarkan oleh Markas Besar tentara Jepang. Dengan menarik nafas lega, dia duduk. Seperti orang yang baru saja lepas dari siksaan.
“Hmmm, keluar semua?” Mayor itu bertanya sambil tersenyum.
“Tidak. Ususku masih tinggal di dalam……….’” Jawab Dakhlan Djambek. Mayor itu dan keempat Kempetai tertawa terkekeh. Waktu yang terpakai baginya untuk “buang air” itu tidak lebih dari sepuluh menit. Benar-benar perhitungan seorang militer yang teliti.
Dan ketika interogasi, seluruh prajurit dan sang Mayor yang piket malam itu jadi saksi, bahwa dia tidak pernah keluar sesaatpun pada malam lenyapnya si sersan. Dan Kempetai tak pula pernah menyelidiki rumah kosong yang telah lama tak dihuni yang terletak persis dibelakang markas mereka. Kekhilafan-kekhilafan kecil begini biasanya memang terjadi satu dalam seribu peristiwa penting dipihak kemiliteran.
Dan kekhilafan kecil itulah yang menyelamatkan Dakhlan Djambek serta para Gyugun yang tugas di Bukittinggi malam itu dari pembantaian Kempetai.
-000-
Si Bungsu membuka mata. Silau sekali. Tapi selain silau yang amat sangat, yang paling dia rasakan adalah lapar yang menusuk-nusuk perut. Lapar sekali. Dia Kembali membuka mata. Sedikit demi sedikit. Dari balik bulu-bulu matanya dia mencoba melihat dan membiasakan dengan sinar terang.
Dia tak tahu dimana dia. Tak tahu apa yang terjadi. Rasanya kini dia tengah berbaring. Tapi dimana? Berbaring? Kenapa bisa berbaring? Dia coba merekat kembali sisa-sisa ingatannya. Yaitu tentang situasi terakhir yang pernah dia alami.
Terowongan
Rantai di kaki
Rantai di tangan
Rantai yang dicorkan dengan semen
Dicor ke lantai
Dicor ke langit-langit terowongan
Penyiksaan!
Ah, bukankah dia disiksa oleh tiga orang serdadu Jepang yang sadisnya melebihi hewan?
Kari Basa!
Tiba-tiba dia ingat pada orang tua itu. Bukankah orang tua itu terbelenggu pula empat depa di depannya dalam terowongan itu?
Dimana dia kini?
Ingatan pada orang tua itu membuat dia membuka matanya lebar-lebar. Menoleh ke kiri. Tak ada. Menoleh kekanan. Tak ada!
“Pak Kari…..!” dia memanggil perlahan.
Tak ada sahutan. Di luar ada suara ayam betina berkotek. Dia memperhatikan tempatnya. Benar, dia memang tengah berbaring di tempat tidur. Tempat tidur berkelambu. Berseprai kain setirimin merah jambu. Berkelambu juga dengan kain seterimin merah jambu. Seperti tempat tidur penganten baru.
Bau harum kembang melati merembes kehidungnya dengan lembut. Benarkah dia masih hidup? Atau ini hanya sebuah mimpi?
Mimpi dari sebuah siksa yyang tak tertangguhkan ditangan ketiga Kempetai sadis itu?
Ya, dia ingat lagi kini.
Tubuhnya dijadikan tempat pelampiasan kekejaman ketiga serdadu itu. Lalu suara tembakkan. Apakah tembakkan itu bukan untuk dirinya? Kalau dia kini masih hidup, pastilah tembakkan itu ditujukan pada Kari Basa. Kari Basa meninggal! Ya Tuhan.
“Pak Kari….” Dia memanggil lagi dan berusaha untuk duduk.
“Tetaplah berbaring..!” tiba-tiba suara mencegahnya. Lembut sekali. Rasa sakit dikepalanya karena berusaha bangkit itu lenyap ketika mendengar suara lembut itu.
“Mana Pak Kari?” tanya nya pada orang yang masih belum kelihatan wajahnya itu.
“Pak Kari..?” suara itu menjawab.
“Ya pak Kari, dimana dia dikuburkan?”
Tak ada jawaban. Tapi orang yang menjawab ucapannya itu kini kelihatan. Seorang gadis! Berwajah bundar. Bermata hitam. Berkulit kuning. Berambut hitam dengan mata yang bersinar lembut. Cantik adalah kata-kata yang tepat untuknya.
Si Bungsu mengerutkan kening. Siapakah gadis ini?
“Dimana saya…?’ tanyanya gugup.
Gadis itu tersenyum. Senyumnya amat teduh. Matanya yang bersinar lembut menatap si Bungsu dengan tatapan gemerlap.
“Uda berada disini…” jawabnya dengan masih tersenyum.
“Di sini? Di sini dimana…?’
Bersambung ke..... Tikam Samurai (27)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH PENDIRIAN BENGKEL AA CEMPAKA AUTO SERVICE

Sejarah Singkat pendirian Usaha perbengkelan AA CEMPAKA Auto Service yang berlokasi dijalan By Pass KM 9 Simpang Taruko 1 Kalumbuk Padang   merupakan suatu perusahaan jasa yang bergerak dibidang perbengkelan dan penjualan yaitu memperbaiki kendaraan penumpang roda empat dan juga menjual spare part, pelumas (Engine Oil) maupun peralatan lainnya. Bengkel AA CEMPAKA Auto Service didirikan pada tanggal 01 Juni 2015, oleh ASRUL ARMISKA beliau adalah mantan karyawan disebuah perusahaan otomotif terbesar yang merupakan pemegang merek kendaraan terkenal di Indonesia dan bekerja sama dengan beberapa pihak pemodal perorangan. Bengkel ini pada awalnya didirikan hanya untuk melayani service ringan dengan menyewa tempat berupa kios sederhana dan hingga kini sudah beberapa kali mengalami perpindahan lokasi usaha, seiring dengan jumlah pelanggan yang terus bertambah dimana beberapa bulan kemudian melihat banyaknya pelanggan yang meminta perbaikan-perbaikan pada kendaraan milik m

Mesin Avanza tidak bisa hidup sehabis bongkar Mesin

Ilmu itu sayang jika hanya disimpan maka pada kesempatan ini saya akan berbagi tentang kasus Mesin avanza dan yang sejenis tidak bisa hidup setelah bongkar mesin atau setelah ganti rantai timing (timing chain)..Dan disini saya tidak bermaksud menggurui atau merasa lebih pintar dari agan-agan sekalian hanya berharap semoga ada yang bisa mengambil manfaat terutama bagi mekanik-mekanik pemula. Kasus ini sudah beberapa kali saya dapatkan setelah beberapa rekan-rekan mekanik meminta pertolongan untuk mencari titik permasalahan kenapa mesin tidak bisa hidup. Seperti biasa sebelum kita melangkah ke step yang lebih jauh, sebaiknya kita harus mengembalikan pola analisa kita kedasar, dimana kita harus memulai dari langkah-langkah yang paling sederhana yaitu bahwa mesin akan bekerja apabila terpenuhinya tiga syarat utama berikut ini : Kompresi yang tinggi (sesuai standar) Loncatan bunga api Busi yang kuat (Mesin Bensin) Perbandingan campuran Udara dan bahan bakar yang tepat Dalam mas

Tikam Samurai (53)

Kedua lelaki anggota Jakuza itu menoleh. Si Bungsu tegak dengan mulut terpaut rapat. Matanya bersinar seperti api yang siap membakar. “Siapa kau!” desis lelaki yang memegang samurai itu. Si Bungsu menyapu ruangan itu dengan pandangan mata. Dan sekilas dia dapat menerka apa yang terjadi. Teman anggota Jakuza yang pernah dia bunuh ketika menolong Hannako di terowongan daerah Yotsui dulu, kini datang lagi mencari Hannako. Dan dari pintu kamar Kenji yang terbuka, dia melihat kaki sebatas paha Hannako terkulai ke bawah tempat tidur. “Siapa kau!” Jepang bersamurai pendek dan bertubuh besar itu menggeram takkala melihat orang asing yang baru masuk itu tak mengindahkan pertanyaan pertamanya. “Saya malaikat maut…..” desis si Bungsu sambil maju perlahan. Di tangan kirinya samurainya terpegang kukuh. Sementara tangan kanannya tergantung lemah. Anggota Jakuza itu ingin segera menyudahi pekerjaannya. Dia maju menyongsong si Bungsu. “Bungsu-san…..larilah. selamatkan dirimu. Mere